Komunikasi kelompok ialah komunikasi antara seseorang dengan kelompok orang dalam situasi tatap muka. Kolompok tersebut bisa kecil, dapat juga besar, tetapi berapa jumlah orang yang termasuk kelompok kecil dan berapa jumlahnya yang termasuk kelompok besar tidak ditentukan dengan perhitungan secara eksak, dengan ditentukan secara berdasarkan ciri dan sifat komunikan dalam hubungannya dengan proses komunikasi. Di sini yang dimaksudkan dengan komunikasi kelompok adalah komunikasi secara tatap muka, seperti komunikasi yang terjadi pada rapat, briving, dan upacara bendera.
Komunikasi kelompok sendiri dibedakan menjadi dua:
Komunikasi kelompok kecil (small group communication)
Komunikasi kelompok kecil ialah komunikasi antara sorang menejer atau administrator dengan sekelompok karyawan yang memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi salah seorang untuk memberikan tanggapan secara verbal. Dengan lain perkataan, dalam komunikasi kelompok kecil si pemimpin dapat melakukan komunikasi antar persona dengan salah seorang peserta kelompok.
Robert F. Bales dalam bukunya, Interaction Process Analysis, mendefinisikan kelompok kecil sebagai:
“Sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka (face to face meeting) di mana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu sama lainnya yang cukup kentara, sehingga dia—baik saat timbulnya pertanyaan maupun sesudahnya—dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sebagai perseorangan.”
Berbeda dengan kelompok besar, individu-individu dalam kelompok kecil bersifat rasional sehingga setiap pesan yang disampaikannya akan ditanggapi secara kritis.
Kelompok besar (large group) adalah kelompok komunikan yang karena jumlahnya yang banyak, dalam suatu situasi komunikasi hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal. Dengan lain perkataan, dalam komunikasi dengan kelompok besar, kecil sekali kemungkinannya bagi komunikator untuk berdialog dengan komunikan.
Dalam komunikasi internal suatu jawatan atau perusahaan jarang sekali terjadi komunikasi kelompok besar kecuali dalam upacara bendera yang sering dipergunakan oleh seorang kepala atau pemimpin untuk memberikan informasi yang bersifat umum, yang berkaitan dengan kepentingan seluruh karyawan.
- Menurut Dennis Dijkzeul dan Markus Moke (2005), komunikasi publik didefinisikan sebagai kegiatan dan strategi komunikasi yang ditujukan kepada khalayak sasaran. Adapun tujuan komunikasi publik adalah untuk menyediakan informasi kepada khalayak sasaran dan untuk meningkatkan kepedualian dan mempengaruhi sikap atau perilaku khalayak sasaran.
- Unsur Komunikasi Menurut Claude E Shannon & Warren Weaver
Unsur komunikasi yaitu pengiriman, transmitter, penerima, tujuan, dan signal. Kesimpulan tersebut berdasarkan atas studi yang mereka lakukan mengenai pengiriman pesan radio dan telpon.
- 1. Komunikator
Komunikator merupakan pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan dalam proses komunikasi. Dengan kata lain, komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang memiliki inisiatif untuk menjadi sumber dalam sebuah hubungan atau interaksi.
Komunikator tidak hanya berperan sebagai pengirim pesan saja. Akan tetapi juga memberikan sebuah respon atau tanggapan dan menjawab dari proses komunikasi yang sedang berlangsung.
Baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
- 2. Pesan atau Informasi
Pesan atau informasi merupakan keseluruhan apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan bisa berupa sebuah kata-kata, tulisan, gambaran, atau sebuah perantara lainnya.
Pesan ini mempunyai inti, yaitu mengarah pada usaha untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain.
Inti pesan akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi tersebut.
Sarana komunikasi atau channel dapat disebut dengan media yang digunakan sebagai penyalur pesan dalam sebuah proses komunikasi.
Pemilihan sarana atau media dalam proses komunikasi tergantung pada sifat berita yang akan disampaikan.
Komunikan adalah sebutan bagi orang yang menerima pesan atau berita yang disampaikan oleh komunikator. Komunikan dapat terdiri dari satu roang atau lebih dan bisa pula dalam bentuk kelompok.
Dalam sebuah proses komunikasi, komunikasi merupakan elemen penting karena dialah yang menjadi sasaran komunikasi dan bertanggung jawab untuk bisa mengerti pesan yang disampaikan dengan baik dan benar.
5. Umpan Balik atau Feedback
Umpan balik bisa diartikan sebagai jawaban komunikan atas pesan yang diberikan oleh komunikator kepadanya. Pada komunikasi yang dinamis, komunikator dan komunikan akan terus menerus bertukar peran.
6. Dampak atau Effect
Dampak adalah efek perbedaan yang dialami oleh komunikan sebelum dan sesudah menerima pesan. Apabila sikap dan tingkah laku komunikan berubah sesuai dengan isi pesan, maka komunikator telah berhasil dengan baik.
Dampak atau effect sesungguhnya dapat dilihat dari personal opinion, public opinion, ataupun majority opinion.
Namun semua itu mengarah kepada perubahan yang terjadi pada komunikan setelah menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Pada suatu hari saudara saya (orang jawa) berselisih dengan seorang supir angkot yang berasal dari daerah tapanuli (batak)…. masalahnya mungkin sudah diduga yaitu, senggol menyenggol kendaraan di tengah kemacetan. Karena tidak ada polisi dan kedua belah pihak tetap pada pendiriannya, mereka sepakat menuju kantor polisi terdekat. Karena si supir berbicara meledak-ledak, maka ditegurlah sang supir oleh pak polisi agar berbicara lebih santun dan tenang.
Namanya pak supir yang sedang naik pitam … sekonyong-konyong ia berbicara : “Saya orang Batak …. saya tidak bisa bicara halus seperti dia (sambil menunjuk ke arah saudara saya). Kami orang batak kalau bicara lantang dan terus terang tetapi jujur, tidak seperti orang Jawa bicara tidak jujur, berputar-putar dan berbelit-belit”. Untuk orang batak yang baik adalah bicara langsung, terbuka dan terus terang karena disitu nilai kejujuran dan keterbukaan dijunjung. Namun bagi orang jawa, hal itu tidak sopan, kalau berbicara sebaiknya harus santun.
Kebaikan buat saudara saya (sopan santun, bicara halus dengan tutur kata yang baik) dianggap keburukan bagi si supir karena dianggap berputar-putar, berbelit-belit dan tidak jujur. Begitu juga sebaliknya. Ini adalah penggambaran yang sangat jelas bagaimana budaya jawa dan budaya batak berpengaruh pada proses komunikasi mereka. Dengan 2 budaya yang berbeda disertai juga dengan karakteristik yang berbeda, hal ini akan jelas berpengaruh pada cara mereka berkomunikasi.
Etnosentrisme
Disatu studi kasus, Orang Indonesia merasa sakit hati dengan perlakuan American yang memberi buku dengan Tagnan kiri, sebab orang Indonesia sudah menanamkan suatu pijakan tata krama, bahwasanya memberi dengan tangan kiri, merupakan bentuk ketidaksopanan. Padahal dalam kenyataannya, orang Amerika tidak bermaksud demikian.
Hal yang seperti itu, dinamakan Etnosentrisme. Etnosentrisme menurut Sumner, ialah “ memandang segala sesuatu dalam kelompok sendiri sebagai pusat segala sesuatu itu, dan hal-hal lainnya diukur dan dinilai berdasarkan rujukan kelompoknya “ ( dalam Gudykunst dan Kim, 1985 : 5 ). Pandangan-pandangan etnosentrik itu antara lain berbentuk stereotip, yakni suatu generalisasi atas sekelompok orang, obyek, atau peristiwa yang secara luas dianut suatu budaya. Itulah yang juga terjadi di Indonesia. Indonesia terdiri dari berbagai macam etnis, sehingga menimbulkan permasalahan kegiatan komunikasi satu sama lain. Jangankan dengan yang berbeda etnis, bahkan yang satu etnis pun terkadang terjadi miss-understanding.
Sangat disayangkan, proses Komunikasi yang memiliki pesan yang akan disampaikan, ternyata menimbulkan effect yang berbeda. Sehingga terjadilah komunikasi yang tidak efektif.
Perbedaan Kode Komunikasi
Apabila kita bepergian ke Negara yang berbeda, maka kita akan menemukan bahasa yang berbeda pula di tiap negaranya. Disini kita akan mengalami sebuah kesulitan dalam berkomunikasi, karena komunikasi yang mereka lakukan dijalankan dengan media bahasa yang bukan merupakan bahasa yang biasa kita gunakan sehari-hari. Sedangkan bahasa adalah salah satu elemen terpenting dalam sebuah komunikasi. Mungkin kita akan berusaha memahami maksud dari orang yang berbicara dengan kita itu melalui gerak gerik yang dilakukannya, namun cara seperi ini tidak selalu berhasil. Karena hal tersebut akan tetap mengurangi makna dari maksud pembicaraan tersebut.
Stereotip dan Prasangka
Stereotip adalah menempatkan seseorang atau kelompok dari orang-orang menuju ketidakfleksibelan, semua kategori yang tidak menunjukkan arah. Streotip akan menjadi hamabatan dalam melakukan komunikasi antar pribadi secara efektif apabila kita gagal menyadari keunikan dari individu, kelompok, dan peristiwa.2 antropologis menganjurkan bahwa setiap orang, dari beberapa respek, 1. seperti semua orang, 2. seperti sebagian orang, 3. tidak seperti siapapun. Tantangan ketika bertemu orang lain adalah untuk menyerupai bagaimana penampilan dan keunikan orang mereka.
Suatu penilaian dan opini tentang orang lain sebelum mengetahui bagaimana latar belakang dan kenyataan sebenarnya tentang orang itu. Menghalangi komunikasi yang efektif, khususnya apabila jati diri kita tidak akurat atau mengasumsikan superioritas pada bagian kita.
Menjadi sesuatu yang tidak akurat berasums bahwa semua orang yang termasuk kedalam kelompok atau kelas sosial lain sangat bertolak belakang dengan kehidupan kita, hal ini biasanya sangat ironis untuk berasumsi bahwa orang lain berperilaku dan berpikir sama seperti kita.