Pages

Banner 468 x 60px

 

Friday, December 28, 2018

Kerjakan!!!

1 comments
Menindak lanjuti apa yang sudah Bu Ayang sampaikan lewat Whatsapp dan sedikit gimana gitu ya, pukul 00:27 ihh waw ajahh sih. Tapi gak masalah dan no problem lah. Langsung ajah deh pada topik utamanya saja,.. Jadi soalnya ini nih...


1. Jelaskan mengenai peta konsep diri dan tipe kepribadian dalam komunikasi

2. Jelaskan dan beri contoh mengenai small group communication, large group communication, dan komunikasi semu

3. Jelaskan mengenai unsur-unsur & tata cara penyampaian komunikasi publik

4. Jelaskan mengenai komunikasi komunikasi apa saja yang digunakan oleh ernest prakasa dalam Milly&Mamet goes to USM dan beri contohnya (minimal 3)

5. Sebutkan & Jelaskan pengaruh faktor budaya dalam berkomunikasi, apakah ada pengaruh negatifnya?

6. Analisis mengenai jenis komunikasi yang digunakan team panitia komukino sebelum acara berlangsung – saat acara berlangsung – dan setelah acara berlangsung!

7. Menurut pendapat kalian, saat Walikota Semarang , Hendi, memberikan sambutan pada Festival Komukino, jenis komunikasi apa yang beliau gunakan? jelaskan alasannya!

Dan disitu ada juga yang biki gue sebel yaitu ''KETENTUAN'' saya kasih ajalah nihhhh:

1. Dikerjakan secara individu, it means tidak perlu berdiskusi dengan teman temannya, apalagi sampai jawabannya sama persis dengan teman lainnya.. Hati hati plagiarism!
2. Pengumpulan ada 2 jenis, softfile silahkan ditulis dalam blog (berbalas blog ceritanya nih ya) Jangan lupa ditulis UAS mata kuliah, nama , nim, pengampu, dan informasi lainnya pada awal tulisan blog kalian (dikasih foto juga boleh), maksimal pemberian link blog kalian ke comment di bawah tulisan ini Selasa 1 Januari 2019 pukul 23.59. Hardfile nya dikumpulkan Rabu 2 Januari pukul 08.00-16.30 di ruangan saya ya guys, sekalian tanda tangan.. Jangan lupa sampul nya orange 🙂

3. Boleh mencari jawaban dari buku apapun selama masih berkaitan dengan Komunikasi

4. Sertakan sumber daftar pustaka sebagai dasar jawaban yang sudah kalian kerjakan

5. Pengumpulan lebih dari hari dan waktu yang ditentukan tidak diterima

6. Tidak ada tugas pengganti



Good luck guys, selamat mengerjakan.

Okeh Saya Jawab:

1. Konsep-diri adalah pandangan mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Manusia yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia yang lain tidak mungkin punya kesadaran bahwa dirinya manusia. Melalui komunikasi dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita meraskan siapa kita.

Konsep-diri kita yang paling dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga, dan orang-orang dekat lainnya di sekitar kita, termasuk kerabat. Mereka itulah yang disebut significant others.
Seorang anak mungkin saja cerdas tapi karena dianggap bodoh, ia akan surut melakukan apapun yang ia inginkan, karena menganggap dirinya demikian. Pada gilirannya orang lain akan menganggapnya bodoh. Inilah yang disebut “nubuat yang dipenuhi sendiri” (self-fulfilling prophecy)”, yakni ramalan yang menjadi kenyataan, karena sadar atau tidak sadar, kita percaya dan megatakan bahwa ramalan itu akan menjadi kenyataan.

Dalam proses menjadi dewasa, kita menerima pesan dari orang-orang di sekitar kita mengenai siapa diri kita dan harus jadi apa diri kita. Skenario itu ditetapkan oleh orangtua kita, berupa – antara lain – arahan yang jelas bagaimana skenaio yang ditulis untuk sinetron atau drama. Orang-orang di luar keluarga kita juga memberi andil kepada skenario itu, seperti guru, Pak Kiai, Sahabat, dan bahkan televisi. Semua mengharapkan kita memainkan peran kita. Menjelang dewasa, kita menemui kesulitan memisahkan siapa kita dan siapa kita menurut orang lain, dan konsep-diri kita terikat rumit dengan definisi yang diberikan orang lain kepada kita.

Meskipun kita berupaya berperilaku sebagaimana yang diharapkan orang lain, kita tidak akan pernah secara total memenuhi pengharapan orang lain tersebut. Akan tetapi, kita akan berupaya berinteraksi dengan mereka, pengharapan, kesan, dan citra mereka terhadap diri kita sangat mempengaruhi konsep-diri kita, perilaku kita, dan apa yang kita inginkan.

Aspek-aspek konsep diri seperti jenis kelamin, agama, kesukuan, pendidikan, pengalaman, rupa fisik kita, dan sebagainya kita internalisasikan lewat pernyataan (umpan balik) orang lain yang menegaskan aspekaspek tersebut kepada kita, yang pada gilirannya menuntut kita berperilaku sebagaimana orang lain memandang kita. Identitas etnik khususnya merupakan unsur penting konsep-diri. Howard F. Stein dan Robert F. Hill menyebutnya inti diri (the core of one’s self).

Dalam konteks ini, identitas etnik seseorang berkembang melalui internalisasi atas “pengkhasan” (typication) diri oleh orang lain, khususnya orang-orang dekat di sekitarnya, mengenai siapa orang itu, dan siapa orang lain. Berdasarkan latar-belakang etnik. Semua aspek diri merupakan realitas yang diterima begitu saja dan tidak dipersoalkan lagi (taken-for-granted reality).

George Herbert Mead mengatakan setiap manusia mengembangkan konsep-dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat – dan itu dilakukan lewat komunikasi. Jasi, kita mengenal diri kita lewat orang lain, yang menjadi cermin dari pantulan bayangan kita. Charles H. Cooley menyebut konsep diri itu sebagai the looking glass-self, yang secara signifikan ditentukan oleh apa yang seseorang pikiran mengenai pikiran orang lain terhadapnya, jadi menekankan pentingnya respons orang lain yang diinterpretasikan secara subjektif sebagai sumber primer data mengenai diri.

Teori Mead tentang konsep-diri ini berlaku pul bagi pembentukan identitas etnik dalam arti bahwa konsep-diri diletakkan dalam konteks keetnikan, seingga diri dipandang spesifik secara budaya dan berlandaskan keetnikan.

Kesukuan, di samping agama, secara tradisional merupakan aspek terpenting konsep-diri kita. Begitu penting asal-usul kita itu, sehingga tanpa kepastian asal-usul kita, kita akan melakukan apa saja untuk memastikan bahwa kita memiliki dimensi terpenting identitas kita tersebut

Proses konseptualisas-diri ini berlangsung sepanjang hayat kita. Sejak kanak-kanak kita sering berfantasi mengenai diri yang kita inginkan, atau citra-diri ini berubah-ubah, khususnya pada masa pertumbuhan.

Konsep-diri kita tidak pernah terisolasi, melainkan bergantung ada reaksi dan respon orang lain. Dalam masa pembentukan diri itu, kita sering mengujinya, baik secara sadar ataupun tidak sadar.

Kesan orang lain miliki tentang diri kita dan cara mereka bereaksi terhadap kita sangat bergantung pada cara kita berkomunikasi dengan mereka, termasuk cara kita bicara dan cara kita berpakaian. Proses umpan balik ini dapat berubah arah. Citra yang Anda miliki tentang diri Anda dan citra yang orang lain miliki tentang diri Anda berkaitan dalam komunikasi.
Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

2. Pengertian
Komunikasi kelompok ialah komunikasi antara seseorang dengan kelompok orang dalam situasi tatap muka. Kolompok tersebut bisa kecil, dapat juga besar, tetapi berapa jumlah orang yang termasuk kelompok kecil dan berapa jumlahnya yang termasuk kelompok besar tidak ditentukan dengan perhitungan secara eksak, dengan ditentukan secara berdasarkan ciri dan sifat komunikan dalam hubungannya dengan proses komunikasi. Di sini yang dimaksudkan dengan komunikasi kelompok adalah komunikasi secara tatap muka, seperti komunikasi yang terjadi pada rapat, briving, dan upacara bendera.

Komunikasi kelompok sendiri dibedakan menjadi dua:

Komunikasi kelompok kecil (small group communication)

Komunikasi kelompok kecil ialah komunikasi antara sorang menejer atau administrator dengan sekelompok karyawan yang memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi salah seorang untuk memberikan tanggapan secara verbal. Dengan lain perkataan, dalam komunikasi kelompok kecil si pemimpin dapat melakukan komunikasi antar persona dengan salah seorang peserta kelompok.

Robert F. Bales dalam bukunya, Interaction Process Analysis, mendefinisikan kelompok kecil sebagai:

“Sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka (face to face meeting) di mana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu sama lainnya yang cukup kentara, sehingga dia—baik saat timbulnya pertanyaan maupun sesudahnya—dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sebagai perseorangan.”

Berbeda dengan kelompok besar, individu-individu dalam kelompok kecil bersifat rasional sehingga setiap pesan yang disampaikannya akan ditanggapi secara kritis.

Komunikasi kelompok besar (large group communication)

Kelompok besar (large group) adalah kelompok komunikan yang karena jumlahnya yang banyak, dalam suatu situasi komunikasi hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal. Dengan lain perkataan, dalam komunikasi dengan kelompok besar, kecil sekali kemungkinannya bagi komunikator untuk berdialog dengan komunikan.

Dalam komunikasi internal suatu jawatan atau perusahaan jarang sekali terjadi komunikasi kelompok besar kecuali dalam upacara bendera yang sering dipergunakan oleh seorang kepala atau pemimpin untuk memberikan informasi yang bersifat umum, yang berkaitan dengan kepentingan seluruh karyawan.
Goldberg, Alvina A., dan Larson, Carl E., Komunikasi Kelompok , Jakarta: UI-Press, 2006
  • Menurut Dennis Dijkzeul dan Markus Moke (2005), komunikasi publik didefinisikan sebagai kegiatan dan strategi komunikasi yang ditujukan kepada khalayak sasaran. Adapun tujuan komunikasi publik adalah untuk menyediakan informasi kepada khalayak sasaran dan untuk meningkatkan kepedualian dan mempengaruhi sikap atau perilaku khalayak sasaran.

  • Unsur Komunikasi Menurut Claude E Shannon & Warren Weaver

    Unsur komunikasi yaitu pengiriman, transmitter, penerima, tujuan, dan signal. Kesimpulan tersebut berdasarkan atas studi yang mereka lakukan mengenai pengiriman pesan radio dan telpon.
Unsur Unsur Komunikasi / Komponen Komunikasi:
  • 1. Komunikator

    Komunikator merupakan pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan dalam proses komunikasi. Dengan kata lain, komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang memiliki inisiatif untuk menjadi sumber dalam sebuah hubungan atau interaksi.

    Komunikator tidak hanya berperan sebagai pengirim pesan saja. Akan tetapi juga memberikan sebuah respon atau tanggapan dan menjawab dari proses komunikasi yang sedang berlangsung.

    Baik itu secara langsung maupun tidak langsung.




  • 2. Pesan atau Informasi

    Pesan atau informasi merupakan keseluruhan apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan bisa berupa sebuah kata-kata, tulisan, gambaran, atau sebuah perantara lainnya.

    Pesan ini mempunyai inti, yaitu mengarah pada usaha untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain.

    Inti pesan akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi tersebut.



3. Sarana Komunikasi atau Channel

Sarana komunikasi atau channel dapat disebut dengan media yang digunakan sebagai penyalur pesan dalam sebuah proses komunikasi.

Pemilihan sarana atau media dalam proses komunikasi tergantung pada sifat berita yang akan disampaikan.




4. Komunikan atau Receiver

Komunikan adalah sebutan bagi orang yang menerima pesan atau berita yang disampaikan oleh komunikator. Komunikan dapat terdiri dari satu roang atau lebih dan bisa pula dalam bentuk kelompok.

Dalam sebuah proses komunikasi, komunikasi merupakan elemen penting karena dialah yang menjadi sasaran komunikasi dan bertanggung jawab untuk bisa mengerti pesan yang disampaikan dengan baik dan benar.



5. Umpan Balik atau Feedback

Umpan balik bisa diartikan sebagai jawaban komunikan atas pesan yang diberikan oleh komunikator kepadanya. Pada komunikasi yang dinamis, komunikator dan komunikan akan terus menerus bertukar peran.



6. Dampak atau Effect

Dampak adalah efek perbedaan yang dialami oleh komunikan sebelum dan sesudah menerima pesan. Apabila sikap dan tingkah laku komunikan berubah sesuai dengan isi pesan, maka komunikator telah berhasil dengan baik.

Dampak atau effect sesungguhnya dapat dilihat dari personal opinion, public opinion, ataupun majority opinion.

Namun semua itu mengarah kepada perubahan yang terjadi pada komunikan setelah menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.



4. Komunikasi non verbal penjelasannya: Ketika Ernest sedang memasuki gedung dia membawa hp dan memvideokan dirinya dan audience serta melambaikan tangan.
Komunikasi Publik penjelasannya: Ketika Ernest menyapa ratusan audience yang hadir dan semua audience histeris.
Komunikasi Verbal penjelasannya: Ketika Ernest menjawab pertanyaan dari saya.
5. Studi Kasus

Pada suatu hari saudara saya (orang jawa) berselisih dengan seorang supir angkot yang berasal dari daerah tapanuli (batak)…. masalahnya mungkin sudah diduga yaitu, senggol menyenggol kendaraan di tengah kemacetan. Karena tidak ada polisi dan kedua belah pihak tetap pada pendiriannya, mereka sepakat menuju kantor polisi terdekat. Karena si supir berbicara meledak-ledak, maka ditegurlah sang supir oleh pak polisi agar berbicara lebih santun dan tenang.
Namanya pak supir yang sedang naik pitam … sekonyong-konyong ia berbicara : “Saya orang Batak …. saya tidak bisa bicara halus seperti dia (sambil menunjuk ke arah saudara saya). Kami orang batak kalau bicara lantang dan terus terang tetapi jujur, tidak seperti orang Jawa bicara tidak jujur, berputar-putar dan berbelit-belit”. Untuk orang batak yang baik adalah bicara langsung, terbuka dan terus terang karena disitu nilai kejujuran dan keterbukaan dijunjung. Namun bagi orang jawa, hal itu tidak sopan, kalau berbicara sebaiknya harus santun.
Kebaikan buat saudara saya (sopan santun, bicara halus dengan tutur kata yang baik) dianggap keburukan bagi si supir karena dianggap berputar-putar, berbelit-belit dan tidak jujur. Begitu juga sebaliknya. Ini adalah penggambaran yang sangat jelas bagaimana budaya jawa dan budaya batak berpengaruh pada proses komunikasi mereka. Dengan 2 budaya yang berbeda disertai juga dengan karakteristik yang berbeda, hal ini akan jelas berpengaruh pada cara mereka berkomunikasi.

Etnosentrisme

Disatu studi kasus, Orang Indonesia merasa sakit hati dengan perlakuan American yang memberi buku dengan Tagnan kiri, sebab orang Indonesia sudah menanamkan suatu pijakan tata krama, bahwasanya memberi dengan tangan kiri, merupakan bentuk ketidaksopanan. Padahal dalam kenyataannya, orang Amerika tidak bermaksud demikian.
Hal yang seperti itu, dinamakan Etnosentrisme. Etnosentrisme menurut Sumner, ialah “ memandang segala sesuatu dalam kelompok sendiri sebagai pusat segala sesuatu itu, dan hal-hal lainnya diukur dan dinilai berdasarkan rujukan kelompoknya “ ( dalam Gudykunst dan Kim, 1985 : 5 ). Pandangan-pandangan etnosentrik itu antara lain berbentuk stereotip, yakni suatu generalisasi atas sekelompok orang, obyek, atau peristiwa yang secara luas dianut suatu budaya. Itulah yang juga terjadi di Indonesia. Indonesia terdiri dari berbagai macam etnis, sehingga menimbulkan permasalahan kegiatan komunikasi satu sama lain. Jangankan dengan yang berbeda etnis, bahkan yang satu etnis pun terkadang terjadi miss-understanding.
Sangat disayangkan, proses Komunikasi yang memiliki pesan yang akan disampaikan, ternyata menimbulkan effect yang berbeda. Sehingga terjadilah komunikasi yang tidak efektif.



Perbedaan Kode Komunikasi

Apabila kita bepergian ke Negara yang berbeda, maka kita akan menemukan bahasa yang berbeda pula di tiap negaranya. Disini kita akan mengalami sebuah kesulitan dalam berkomunikasi, karena komunikasi yang mereka lakukan dijalankan dengan media bahasa yang bukan merupakan bahasa yang biasa kita gunakan sehari-hari. Sedangkan bahasa adalah salah satu elemen terpenting dalam sebuah komunikasi. Mungkin kita akan berusaha memahami maksud dari orang yang berbicara dengan kita itu melalui gerak gerik yang dilakukannya, namun cara seperi ini tidak selalu berhasil. Karena hal tersebut akan tetap mengurangi makna dari maksud pembicaraan tersebut.


Stereotip dan Prasangka

Stereotip adalah menempatkan seseorang atau kelompok dari orang-orang menuju ketidakfleksibelan, semua kategori yang tidak menunjukkan arah. Streotip akan menjadi hamabatan dalam melakukan komunikasi antar pribadi secara efektif apabila kita gagal menyadari keunikan dari individu, kelompok, dan peristiwa.2 antropologis menganjurkan bahwa setiap orang, dari beberapa respek, 1. seperti semua orang, 2. seperti sebagian orang, 3. tidak seperti siapapun. Tantangan ketika bertemu orang lain adalah untuk menyerupai bagaimana penampilan dan keunikan orang mereka.
Suatu penilaian dan opini tentang orang lain sebelum mengetahui bagaimana latar belakang dan kenyataan sebenarnya tentang orang itu. Menghalangi komunikasi yang efektif, khususnya apabila jati diri kita tidak akurat atau mengasumsikan superioritas pada bagian kita.


Assuming Similarity

Menjadi sesuatu yang tidak akurat berasums bahwa semua orang yang termasuk kedalam kelompok atau kelas sosial lain sangat bertolak belakang dengan kehidupan kita, hal ini biasanya sangat ironis untuk berasumsi bahwa orang lain berperilaku dan berpikir sama seperti kita.

6. Analisis Genk: menurut saya yahh, yang di gunakan panitia komukino sebelum acara dimulai yaitu: komunikasi kelompok kecil  (small group) saat briefing dengan rekan panitia.
Kalau sesudah acara berlangsung yaitu: komunikasi verbal dan non verbal: ketika acara berlangsung panitia saling memberi kode ke sesama panitia lain tanpa mendekat dan berbicara (non verbal) dan ketika saya melihat panitia yang satu meminta bantuan kepanitia yang lain untuk mengambilkan makanan (verbal).
Dan ketika acara selesai panitia pakai komunikasi ini nihh: Komunikasi Verbal dan Komunikasi Kelompok karena ada evaluasi setelah acara selesai.
7. Saat Bapak Walikota Semarang Hendrar Prihadi memberi sambutan kepada audience di TKP nah ini jenis komunikasi Publik.

Ternyata mudah sekali yak Tugasnya, yang susah itu ngumpulin niat buat bikin Tugas. Tapi over all saya menuntaskan tantangan yang diberikan oleh Bu Ayang.. dah ya Bu, Saya Tunggu Tugas Selanjutnya!!! 😁😁😁
Oh iya sebelumnya maaf Bu covernya kebesaran soalnya pakai HP jadi gak bisa diperkecil 😁🤣🤣🤣


SELESAI
Read more...